SUARA ANAK PERTANIAN


ShoutMix chat widget

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Senin, 18 Oktober 2010

Manfaat Kaderisasi DARI Kampus


PDF
Manfaat Kaderisasi DARI Kampus 
Print
E-mail

Kampus. sangat memfasilitasi kegiatan kemahasiswaan, hal tersebut dapat terlihat dari banyaknya organisasi-organisasi kemahasiswaan baik unit kegiatan mahasiswa (UKM) ataupun himpunan mahasiswa jurusan (HMJ). Setiap organisasi berusaha untuk membina anggotanya agar kelak siap untuk memimpin dan bekontibusi bagi Indonesia.
Organisasi-organisasi kemahasiswaan intra kampus hanya diperuntukkan bagi mahasiswa yang masih aktif berkuliah, sedangkan mahasiswa yang telah lulus dan menjadi alumni tidak lagi behak untuk menjadi anggota organisasi intra kampus. Karena hal tersebut maka dibutuhkan kaderisasi agar organisasi dapat terus berlangsung.
Kaderisasi adalah suatu proses untuk menciptakan kader-kader baru yang siap menjalankan organisasinya. Proses kaderisasi bertujuan agar anggota baru memahami visi dan misi organisasi, sehingga setelah masuk ke dalam oganisasi tersebut maka keberlangsungan organisasi dapat tetap terjamin. Kaderisasi setiap organisai berbeda tergantung dari kebutuhan masing-masing organisasi, sebagai contoh adalah kaderisasi unit kegiatan musik berbeda dengan kederisasi unit olahraga.
Proses kaderisasi akan mengikuti perkembangan zaman, kaderisasi saat ini berbeda dengan kaderisasi pada era 66. Pada masa itu, dibutuhkan mahasiswa-mahasiswa yang berani melawan tirani sehingga bentuk kaderisasi yang diberikan lebih banyak berisi pelatihan fisik dan mental, sedangkan pada era reformasi saat ini, tipe kader yang dibutuhkan adalah kader yang kritis dan berwawasan luas sehingga bentuk kaderisasinya harus sesuai dengan tujuan tersebut.

Senin, 11 Oktober 2010

Sandal Jepit Lusuh Itu...

Selera makanku mendadak hilang. Hanya ada rasa kesal dan jengkel yang memenuhi kepala ini. Duh… betapa tidak gemas, dalam keadaan lapar memuncak seperti ini makanan yang tersedia tak ada yang memuaskan lidah. Sayur sop ini rasanya manis bak kolak pisang, sedang perkedelnya asin nggak ketulungan. “Istriku, kapan kau dapat memasak dengan benar…? Selalu saja, kalau tak keasinan…kemanisan, kalau tak keaseman… ya kepedesan!” Ya, aku tak bisa menahan emosi untuk tak menggerutu.

”Sabar Bang…, Rasulullah juga sabar terhadap masakan Aisyah dan Khodijah. Katanya mau kayak Rasul…? ” ucap isteriku kalem.
“Iya… tapi abang kan manusia biasa. Abang belum bisa sabar seperti Rasul. Abang tak tahan kalau makan terus menerus seperti ini…!” Jawabku dengan nada tinggi. Mendengar ucapanku yang bernada emosi, kulihat isteriku menundukkan kepala dalam-dalam. Kalau sudah begitu, aku yakin pasti air matanya sudah merebak.

***
Sepekan sudah aku ke luar kota. Dan tentu, ketika pulang benak ini penuh dengan jumput-jumput harapan untuk menemukan ‘baiti jannati’ di rumahku. Namun apa yang terjadi…? Ternyata kenyataan tak sesuai dengan apa yang kuimpikan. Sesampainya di rumah, kepalaku malah mumet tujuh keliling. Bayangkan saja, rumah kontrakanku tak ubahnya laksana kapal pecah. Pakaian bersih yang belum disetrika menggunung di sana sini. Piring-piring kotor berpesta pora di dapur, dan cucian… ouw… berember-ember. Ditambah lagi aroma bau busuknya yang menyengat, karena berhari-hari direndam dengan detergen tapi tak juga dicuci.

Melihat keadaan seperti ini aku cuma bisa beristigfar sambil mengurut dada. “ Dek.. Dek, bagaimana Abang tak selalu kesal kalau keadaan terus menerus begini…?” ucapku sambil menggeleng-gelengkan kepala. “Dek… isteri sholihat itu tak hanya pandai ngisi pengajian, tapi dia juga harus pandai dalam mengatur tetek bengek urusan rumah tangga. Harus bisa masak, nyetrika, nyuci, jahit baju, beresin rumah…?” Belum sempat kata-kataku habis sudah terdengar ledakan tangis isteriku yang kelihatan begitu pilu.

“Ah…wanita gampang sekali untuk menangis…,” batinku berkata dalam hati. “Sudah diam Dek, tak boleh cengeng. Katanya mau jadi isteri shalihat…? Isteri shalihat itu tidak cengeng,” bujukku hati-hati setelah melihat air matanya menganak sungai dipipinya.
“Gimana nggak nangis! Baru juga pulang sudah ngomel-ngomel terus. Rumah ini berantakan karena memang Adek tak bisa mengerjakan apa-apa. Jangankan untuk kerja untuk jalan saja susah.Adek kan muntah-muntah terus, ini badan rasanya tak bertenaga sama sekali,” ucap isteriku diselingi isak tangis. “Abang nggak ngerasain sih bagaimana maboknya orang yang hamil muda…” Ucap isteriku lagi, sementara air matanya kulihat tetap merebak.

***
"Bang…, nanti antar Adek ngaji ya…?” pinta isteriku.
“Aduh, De… Abang kan sibuk sekali hari ini. Berangkat sendiri saja ya?” ucapku.
“Ya sudah, kalau abang sibuk,Adek naik bis umum saja, mudah-mudahan nggak pingsan di jalan,” jawab isteriku.
“Lho, kok bilang gitu…?” selaku. “
"Iya, dalam kondisi muntah-muntah seperti ini kepala Adek gampang pusing kalau mencium bau bensin. Apalagi ditambah berdesak-desakan dalam bus dengan suasana panas menyengat. Tapi mudah-mudahan sih nggak kenapa-kenapa,” ucap isteriku lagi.
“Ya sudah, kalau begitu naik bajaj saja,” jawabku ringan.

Meeting hari ini ternyata diundur pekan depan. Kesempatan waktu luang ini kugunakan untuk menjemput isteriku. Entah kenapa hati ini tiba-tiba saja menjadi rindu padanya. Motorku sudah sampai di tempat isteriku mengaji. Di depan pintu kulihat masih banyak sepatu berjajar, ini pertanda acara belum selesai.

Kuperhatikan sepatu yang berjumlah delapan pasang itu satu persatu. Ah, semuanya indah-indah dan kelihatan harganya begitu mahal. “Wanita, memang suka yang indah-indah, sampai bentuk sepatu pun lucu-lucu,” aku membathin sendiri.

Mataku tiba-tiba terantuk pandang pada sebuah sendal jepit yang diapit sepasang sepatu indah. Dug! Hati ini menjadi luruh. “Oh….bukankah ini sandal jepit isteriku?” tanya hatiku. Lalu segera kuambil sandal jepit kumal yang tertindih sepatu indah itu. Tes! Air mataku jatuh tanpa terasa. Perih nian rasanya hati ini, kenapa baru sekarang sadar bahwa aku tak pernah memperhatikan isteriku. Sampai-sampai kemana ia pergi harus bersandal jepit kumal. Sementara teman-temannnya bersepatu bagus. “Maafkan aku Maryam,” pinta hatiku.

“Krek…,” suara pintu terdengar dibuka. Aku terlonjak, lantas menyelinap ke tembok samping. Kulihat dua ukhti berjalan melintas sambil menggendong bocah mungil yang berjilbab indah dan cerah, secerah warna baju dan jilbab ibunya. Beberapa menit setelah kepergian dua teman istriku itu, kembali melintas teman-temannya yang lain. Namun, belum juga kutemukan Maryamku. Aku menghitung sudah delapan orang keluar dari rumah itu, tapi isteriku belum juga keluar.

Penantianku berakhir ketika sesosok tubuh gamis gelap dan jilbab hitam melintas. “Ini dia istriku!” pekik hatiku. Ia beda dengan yang lain, ia begitu bersahaja. Kalau yang lain memakai baju berbunga cerah indah, ia hanya memakai baju warna gelap yang sudah lusuh pula warnanya.

Diam-diam hatiku kembali dirayapi perasaan berdosa karena selama ini kurang memperhatikan isteri. Ya, aku baru sadar, bahwa semenjak menikah belum pernah membelikan sepotong baju pun untuknya. Aku terlalu sibuk memperhatikan kekurangan-kekurangan isteriku, padahal di balik semua itu begitu banyak kelebihanmu, wahai Maryamku.

Aku benar-benar menjadi malu . Selama ini aku terlalu sibuk mengurus orang lain, sedang isteriku tak pernah kuurusi. Padahal Rasul telah berkata: “Yang terbaik di antara kamu adalah yang paling baik terhadap keluarganya.” Sedang aku..? Ah, kenapa pula aku lupa bahwa Allah menyuruh para suami agar menggauli isterinya dengan baik. Sedang aku…? terlalu sering ngomel dan menuntut isteri dengan sesuatu yang ia tak dapat melakukannya. Aku benar-benar merasa menjadi suami terdzalim!

“Maryam…!” panggilku, ketika tubuh berbaya gelap itu melintas. Tubuh itu lantas berbalik ke arahku, pandangan matanya menunjukkan ketidakpercayaan atas kehadiranku di tempat ini. Namun, kemudian terlihat perlahan bibirnya mengembangkan senyum. Senyum bahagia. “Abiang…!” bisiknya pelan dan girang. Sungguh, aku baru melihat isteriku segirang ini. “Ah, kenapa tidak dari dulu kulakukan menjemput isteri?” sesal hatiku.

***
Esoknya aku membeli sepasang sepatu untuk isteriku. Ketika tahu hal itu, senyum bahagia kembali mengembang dari bibirnya. “Alhamdulillah, Terima kasih ya Bang…,”ucapnya dengan suara tulus.

Ah, Maryam, lagi-lagi hatiku terenyuh melihat polahmu. Lagi-lagi sesal menyerbu hatiku. Kenapa baru sekarang aku bisa bersyukur memperoleh isteri zuhud dan ‘iffah sepertimu? Kenapa baru sekarang pula kutahu betapa nikmatnya menyaksikan matamu yang berbinar-binar karena perhatianku…?

Source : i Catatan Akbar Maulana

oOo

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Janganlah seorang mukmin membenci seorang mukminah. Bila ia benci darinya satu akhlak niscaya ia ridha dengan akhlak yang lain"

Berdasar hadits di atas cerita ini hanyalah sebagai motivasi bagi yang telah membangun sebuah keluarga, bagi yang belum berkeluarga silakan diambil manfaatnya.

Jumat, 01 Oktober 2010

DOSEN PERTANIAN UPN MASUK DAFTAR PENEMU INDONESIA

Nama Penemu Di Indonesia

Ternyata menjadi bangsa Indonesia di dunia ini cukup membanggakan, karena memiliki putra-putra besar dalam segi ilmu pengetahuan yang tidak kalah dengan mancanegara, berikut daftarnya:

1. Abdul Jamil Ridho & Niti Soedigdo - Penemu Varietas Unggul Singkong Raksasa
2. Adi Rahman Adiwoso - Penemu Teknologi Baru dalam Telepon Bergerak Berbasis Satelit
3. Alexander Kawilarang - Penemu Kapal Ikan Bersirip
4. Andrias Wiji Setio Pamuji - Penemu Reaktor Biogas
5. Arief Mulyana Djumra - Penemu Pemacu Produktifitas dan Kualitas Udang dan Ikan
6. Aryadi Suwono & Tim Peneliti ITB - Penemu Bahan Pendingin Baru yang Lebih Hemat Energi
7. Ayub S. Parnata - Penemu Bakteri Kompos Organik
8. Bacharuddin Jusuf Habibie - Penemu Teori, Faktor dan Metode Habibie (Teknologi Pesawat Terbang)
9. Budi Noviantoro - Penemu Klip Penambat Bantalan Kereta Api dengan Dua Gigi
10. Dani Hilman Natawijaya - Penemu Indikator Alam (Terumbu Karang) terhadap Siklus Gempa
11. Djuanda Suraatmadja - Penemu Beton Polimer yang Ramah Lingkungan
12. Eddyman, Intan Elfarini & Kanaka Sundhoro - Penemu Obat Antinyamuk Alami dan Murah
13. Evvy Kartini - Penemu Penghantar Listrik Berbahan Gelas
14. Fuad Affandi - Penemu Pupuk Alami dari Air Liur
15. Herman Johannes - Penemu Tungku Berbahan Bakar Briket Arang Kayu dan Dedaunan
16. I Gede Ngurah Wididana - Penemu Formula Minyak Oles Bokhasi
17. I Made Budi - Penemu Formula Sari Buah Merah untuk Pengobatan
18. Lalu Selamat Martadinata - Penemu Alat Pemanggil Ikan
19. M. Djoko Srihono - Penemu Penjernih Air Limbah
20. Maruni Wiwin Diarti - Penemu Senyawa Antimikroba dari Rumput Laut
21. Minto - Penemu Kompor dan Pengering Hasil Tani dengan Tenaga Matahari
22. Mumu Sutisna - Penemu Hormon Penyubur Anakan Padi
23. Mulyoto Pangestu - Penemu Teknik Ekonomis Pembekuan Sperma
24. Neny Nurainy - Penemu Varian Virus Hepatitis B Indonesia
25. Puji Slamet Arif - Penemu Motor Listrik Hemat Energi
26. Rahmiana Zein - Penemu Teknik Pemisahan Cairan dalam Kecepatan Tinggi
27. Randall Hartolaksono - Penemu Formula Kimia Pemadam Api Ramah Lingkungan
28. Rizal & Juffri Sahroni - Penemu Penghemat Bahan Bakar Diesel
29. Robert Manurung - Penemu Minyak Jarak Murni
30. Saverinus Nurak - Penemu Mesin Pompa Tangan Berkekuatan Tinggi
31. Sutjipto & Ryantori - Penemu Konstruksi Fondasi Sarang Laba-laba
32. Sutrisno - Penemu Alat Perangkap Lalat Buah
33. Sedijatmo - Penemu Konstruksi Fondasi Cakar Ayam
34. Septinus George Saa - Penemu Rumus Penghitung antara Dua Titik Rangkaian Resistor
35. Sofin Hadi - Penemu Metode Cincin untuk Sunat Tanpa Luka
36. Sri Wuryani, Mustadjab, Euis M. Nirmala, Siwi Hardiastuti - Penemu Pengawet Aroma dalam Hampa
37. Tjokorda Raka Sukawati - Penemu Landasan Putar Bebas Hambatan Sosrobahu
38. Warsimin Adiwarsito - Penemu Marmer Buatan
39. Widowati Siswomihardjo - Penemu Bahan Baru untuk Gigi Palsu yang Lebih Aman dan Murah
40. Windu Hernowo - Penemu Penghemat Bahan Bakar Mesin
41. Yanto Lunardi Iskandar - Anggota Tim Penemu HIV & Metode Peningkatan Hematopoiesis
42. Yudi Utomo Imardjoko - Penemu Kontainer Limbah Nuklir
43. Zahlul Badaruddin - Penemu Zahlul Integrated Unit (Desain Sistem Efisien untuk Produksi Obat/Kimia) 

SUMBER : 
http://argakencana.blogspot.com/2010/07/nama-penemu-di-indonesia.html

Rabu, 29 September 2010

Mahasiswa Harus Mampu Membuat Lapangan Kerja


Mahasiswa Harus Mampu Membuat Lapangan Kerja


E-mailCetakPDF
Makassar,SP- Walikota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin minta kepada para Mahasiswa yang akan lulus dari perguruan tinggi untuk tidak berhasrat dan bercita – cita menjadi pegawai negeri sipil.
Menurut Ilham, perkembangan Kota Makassar yang begitu pesat saat ini sangat butuh tenaga – tenaga muda yang memiliki motivasi tinggi untuk mengembangkan kreativitas dalam menciptakan lapangan kerja, bukan mencari lapangan kerja.
Hal ini diungkapkan Ilham saat berbicara pada acara ramah tamah pelepasan wisudawan dan wisudawati, Fakultas Pertanian Univesitas Hasanuddin. Wisuda periode I September 2010 di gedung pertemuan alumni Unhas Tamalanrea ( 15/9 ).
Ilham yang berbicara dalam kapasitas sebagai ketua Ikatan Alumni Fakultas Pertanian Unhas mengatakan dengan menjalani berbagai macam pengalaman menyerap ilmu di bangku kuliah selama tiga tahun 19 bulan, sungguh sangat disayangkan jika para sarjana ini hanya berangan – angan untuk menjadi PNS
. “ Cita – citanya jangan cuma ingin menjadi pegawai, tapi mesti berpikir lebih luas untuk menciptakan sesuatu yang bermanfaat di masyarakat, seperti petani elit berdasi yang sukses pengembangan usaha pertanian,” ujar Ilham yang disambut aplaus oleh para wisudawan.
Ilham yang pernah menempuh pendidikan di kampus merah ini, menantang para mahasiswa untuk berani berpikir besar menciptakan suatu produk yang memiliki nilai guna di masyarakat.
“ Alumni fakultas pertanian patut berbangga karena salah satunya alumninya saat ini dipercaya oleh masyarakat untuk menjadi Walikota Makassar “ ujar Ilham membakar semangat para wisudawan.
Ilham juga mencontohkan beberapa peluang yang dapat direbut oleh para alumni fakultas pertanian, yakni pengembangan hasil pertanian yang bebas dari kontaminasi pestisida serta zat – zat kimia lainnya.
Menurut Ilham, dengan semakin besarnya kesadaran tentang pentingnya hidup sehat, masyarakat modern saat ini berlomba – lomba untuk kembali mengkomsumsi makanan sehat dan alami. “ Kami akan membantu para alumni yang memiliki ketertarikan untuk mewujudkan ide ini utamanya dalam hal pemasaran di pusat – pusat perbelanjaan modern” kata Ilham.
Sementara itu, Dekan Fakultas Pertanian Unhas, DR. Ir. Yunus Musa saat memberikan sambutan mengatakan bahwa 67 alumni yang dicetak hari ini merupakan duta fakultas pertanian yang telah ditempa dengan berbagai bekal untuk mempersiapkan diri dalam dunia nyata, lebih khusus lagi pada dunia pertanian yang sekarang tidak terlepas dari masalah global.
“ Isu global yang perlu mendapat respon dari alumni adalah ketersediaan pangan, energi terbaru dari produk pertanian, serta isu pemanasan global “ ujar Yunus.
Terkait dengan kondisi fakultas pertanian Unhas, Yunus membeberkan bahwa saat ini total staf pengajar yang ada sebanyak 149 staf dosen dengan rincian 36 yang berstatus guru besar, 74 orang S3, S2 65 orang, sedang mahasiswa sebanyak 1,535 yang masih aktif.
Pada penerimaan mahasiswa baru periode 2010 dan 2011 tercatat bahwa Fakultas Pertanian telah diminati oleh banyak lulusan SMA, atau sederajat.
“ Total yang melamar baik pada jalur masuk JPPB, jalur POSK, jalur SNMPTN dan jalur JNS telah diterima sebanyak 480 orang , adalah gambaran bahwa pertanian masih sangat diminati “ ujar Yunus.


Jumat, 24 September 2010

PERAN DAN FUNGSI ORGANISASI MAHASISWA

PERAN DAN FUNGSI ORGANISASI MAHASISWA
MAHASISWA pada saat ini merupakan harapan terbesar bagi masyarakat sebagai penyambung lidah rakyat terutama sebagai perubahan di masyarakat (Agen social of cahange). Sebagai salah satu potensi, mahasiswa sebagai bagian dari kaum muda dalam tatanan masyarakat yang mau tidak mau pasti terlibat langsung dalam tiap fenomena sosial, harus mampu mengimplementasikan kemampuan keilmuannya dalam akselerasi perubahan keumatan ke arah berkeadaban.
Keterlibatan mahasiswa dalam setiap perubahan tatanan kenegaraan selama ini sudah menjadi jargon dan pilar utama terjaminnya sebuah tatanan kenegaraan yang demokratis. Romantisme politis antara mahasiswa dengan rakyat terlihat sebagai fungsinya sebagaisocial control termasuk terhadap kebijakan menindas.
Mahasiswa dalam hal ini sudah menunjukkan diri sebagai salah satu potensi yang dapat diandalkan dalam upaya menuju tatanan masyarakat yang berkeadilan. Dan distribusinya baik secara kualitas maupun kuantitas dalam segala aspek kehidupan sosial sudah semestinya diperhitungkan.
Bentuk keberhasilan dalam mewujudkan sebuah tatanan masyarakat berkeadaban di Indonesia adalah dengan semakin kecilnya angka kemiskinan, pengangguran, kriminalitas, peningkatan taraf ekonomi dan pendidikan, dan lain sebagainya. Namun, itu semua hanya akan menjadi mimpi belaka manakala semua konsep-konsep yang dibangun dan berbasis kerakyatan tersebut tidak dibarengi dengan strategi yang matang dan jitu ke arah tujuan tersebut. Dan maksimalisasi fungsi mahasiswa dan kaum muda dalam tiap laju demokratisasi merupakan salah satu pilar utama yang perlu diperhatikan.
Sekali lagi, peran mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat sosial ditunggu. Diharapkan mahasiswa mampu memainkan peran yang strategis. Kesatuan visi, tekad, dan perjuangan untuk kepentingan masyarakat secara luas, menjadi pondasi utama peran tersebut saat ini atau nanti. Namun, untuk mewujudkan hal tersebut, sekali lagi, perlu pemetaan, perumusan, dan penelaahan metode penerapan fungsi mahasiswa dalam kancah epistemologi keumatan tersebut.
Realitas di Lapangan
Pasca gerakan reformasi 1997/1998 hingga saat ini terjadi neorosis masa yang cukup signifikan, aksi-aksi mahasiswa terkesan kehilangan comon enemy (musuh bersama). Solidaritas gerakan mahasiswa semakin mencair ke dalam ke-akuan masing-masing. Kampusku, organisasiku, idiologiku, dan keaku-akuan yang lain. Meskipun tidak bisa dipungkiri masih ada beberapa organisasi yang tetap konsisten menjadi corong kepentingan rakyat dengan tetap melakukan aksi-aski turun ke jalan.
Ironisnya, mencairnya gerakan mahasiwa ke dalam internal kampus tidak menjadikan organisasi mahasiswa dapat tumbuh dan berkembang menjadi kekuatan social society dan memiliki bargaining posisioning dalam mensikapi kebijakan-kebijakan biokrasi kampus dan mengakomodir aspirasi dan menjadi juru bicara mahasiswa.
Kondisi semacam ini semakin diperparah lagi dengan tingkah pola segelintir Mahasiswa yang meng-klaim dirinya sebagai “aktivis kampus” yang justru menjurus kepada pembenaran atas kecendrungan analisa negatif sebagai Mahasiswa lainnya tersebut. Bahkan, sebagian di antaranya cendrung “arogan”, merasa paling intelek dengan tidak menghiraukan keberadaan lingkungan sekitarnya.
 Maka kalau kondisi ini terus dibiarkan, maka tidaklah heran organisasi mahasiswa mengalami degradasi dan deteroiorasi dalam skala aksi maupun subtansi. Dan hal inilah yang pada akhirnya menyebabkan kaderisasi menurun drastis baik kualitas maupun kuantitas.
Kondisi objektif di atas bergulir bagaikan bola salju yang kian membesar dan sulit dicairkan, sehingga memunculkan kelompok mahasiswa terbagi sebagai berikut:
1.       Kelompok Mahasiswa Kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang). Tipikal dari individu atau kelompok mahasiswa ini dominan melewai hari-harinya di kampus full hanya dengan belajar “Teks Book”, mengerjakan semua yang diperintahkan setiap dosen (baca: dosen) dengan harapan kuliah dapat selesai tepat waktu dan meraih prestasi akademik yang memuaskan sehingga dapat menjadi dongkrak untuk peningkatan karier. Ciri khas utama kelompok ini adalah Indeks Prestasi Komulitatif (IPK)  minded,cendrung eksklusif dan skeptis-apatis terhadap apa pun bentuk aktivitas organisasi mahasiswa, senantiasa berpikir “neraca rugi-laba”, saat diajak ber-organisasi bahkan cendrung subjektif dalam peniliaiannya tentang aktivitas kampus.
2.      Kelompok Mahasiswa Cheerleader. Kelompok atau tipikal individu semacam ini mempunyai beberapa ciri, di antaranya senang meramaikan atau ikut menyemarakkan beberapa kegiatan yang ada di kampus maupun organisasi mahasiswa. Namun, masih “alergi” jika suatu ketika dipercaya untuk mengemban amanah kepemimpinan ataupun kepengurusan dalam sebuah event dan kegiatan sosial keorganisasian. Bagi mahasiswa model ini, berkelompok dan berorganisasi haruslah ada muatan “pesta”, bersenang-senang, sekadar pergaulan dan cendrung tidak mempunyai pendirian yang pasti terhadap pendapat-pendapat yang beredar mengelilingi lingkungan sekitarnya. Siapa yang dekat-akrab, mereka-lah kawan “organisasinya.”
3.     Kelompok Mahasiswa Aktif dengan Organisasinya. Kelompok atau individu dari mahasiswa semacam ini tidak begitu dominan keberadaannya. Secara kuantitatif relatif sedikit, sedangkan dari segi kualitas masih harus dikaji ulang. Eksistensi kelompok atau individu bertipikal semacam ini sepintas aktif dengan segenap organisasi kemahasiwaan yang ada baik yang intra maupun eksra kampus. Bahkan, dari yang sedikit jumlahnya di sini, sebagian di antaranya cendurng “kebablasan”, sehingga ada juga secara tidak sadar melepas statusnya sebagai mahasiswa lantaran “kris moneter” dalam dirinya D-O  (baca Drop Out). Ada juga sebagian diri mereka yang “kehabisan napas” kerena ketidakmampuan me-manage waktu yang dimilikinya, sehingga vacum bahkan berubah menjadi apatis terhadap organisasi mahasiswa.
Merubah Paradigma Berpikir
Mahasiswa yang aktif ber-organisasi secara konsisten semata-mata memiliki pemahaman bahwa organisasi kemahasiswaan merupakan sebuah sarana yang efektif  dalam meng-kader dirinya sendiri untuk ke depan. Sebagian di antaranya masih mempunyai keyakinan pandangan bahwa kampus merupakan tempat menimba ilmu yang tidak terbatas hanya kepada pelajaran semata.
Dengan bergabung aktif dalam organisasi kemahasiswaan yang bersifat intra ataupuneksra kampus berefek kepada perubahan yang signifikan terhadap wawasan, cara berpikir, pengetahuan dan ilmu-ilmu sosialisasi, kepemimpinan serta menajemen kepemimpinan yang notabene tidak diajarkan dalam kurikulum normatif Perguruan Tinggi. Namun, dalam ber-organisasilah dapat diraih dengan memanfaatkan statusnya sebagai mahasiswa.
Pemahaman arti penting sebuah organisasi dan aktivitas organisasi mahasiswa adalah salah satu persoalan yang pertama-tama harus diluruskan. Adanya anggapan bahwa ber-organisasi berarti berdemonstrasi, atau ber-organisasi khusunya di kampus tidak lebih dari sekadar membuang sebagian waktu, energi, ajang mencari kawan atau mencari jodoh merupakan bukti adanya kesalapahaman tentang presepsi sebagian mahasiswa tentang organisasinya sendiri.
Berdasarkan hal tersebut maka organsiasi mahasiswa dituntut untuk terus meningkatan kualiatas dirinya. Dan peningkatan pelayanan terhadap masyarakat mahasiswa. Sebagai miniatur pemerintahan negara dalam penyelenggaraan negara yang semestinya dilakukan oleh aparatur negara. Maka, organisasi mahasiwa harus meng-adopsi prinsip-prinsip pemerintahan layaknya dalam sebuah negara dan dikolaborasikan dengan prinsip sebagai organisasi pengkaderan dan perjuangan.
Dengan demikian, satu media yang dapat membentuk kematangan mahasiswa dalam hidup bermasyarakat ialah organisasi. Dengan senantiasa ber-organisasi maka mahasiswa akan senantiasa terus berinteraksi dan beraktualisasi, sehingga menjadi pribadi yang kreatif serta dinamis dan lebih bijaksana dalam persoalan yang mereka hadapi.*

Selasa, 21 September 2010

PT AGRI MAKMUR PERTIWI

Sebuah perusahaan nasional yang bergerak di bidang pertanian membutuhkan
:Nama Perusahaan : PT. AGRI MAKMUR PERTIWI
Judul Lowongan : PT. AGRI MAKMUR PERTIWI
Posisi : ADMIN PRODUKSI, LAB QC, GENERAL AFFAIR, CUSTOMER SERVICE, IT
Batas Pengiriman : 27 Juli 2009

Keterangan : LOWONGAN PEKERJAAN
PT. AGRI MAKMUR PERTIWI

SEBUAH PERUSAHAAN NASIONAL YANG BERGERAK DI BIDANG AGRIBUSSINES UNTUK BENIH SAYUR DAN BUAH-BUAHAN SEMUSIM, UNTUK OPERASIONAL PRODUKSI BERKEDUDUKAN DI JL. PARE KEDIRI KM 6.3 DESA SAMBIREJO KEC. PARE KAB. KEDIRI.

MEMBUTUHKAN :

1. ADMIN PRODUKSI LAPANG
SYARAT :
A. PRIA
B. S1 PERTANIAN, JURUSAN: BUDIDAYA PERTANIAN, HPT,AGRONOMI dan TANAH
C. MAHIR MENGGUNAKAN KOMPUTER
D. BERSEDIA DITEMPATKAN DI PARE, KEDIRI
E. UMUR MAX. 28 TAHUN
F. SIM C dan SIM A

2. STAF QC (SERTIFIKASI LAPANG) :
SYARAT :
A. PRIA/WANITA
B. S1 PERTANIAN, JURUSAN:AGRONOMI,HPT,PEMULIAAN TAN
C. IPK MIN. 2.75
D. BERSEDIA DITEMPATKAN DI PARE, KEDIRI
E. UMUR MAX 28 TAHUN
F. MS.OFFICE &SPSS
G. SIM C

3.STAF PROCESSING :
SYARAT :
A. PRIA
B. S1TEKNIK INDUSTRI PERTANIAN
C. IPK MIN. 2.75
D. BERSEDIA DITEMPATKAN DI SURABAYA DAN PARE, KEDIRI
E. UMUR MAX 28 TAHUN

4. AGRONOMIS
SYARAT :
A. WANITA
B. SI AGRONOMI,HPT dan SOSEK
C. IPK MIN 2.75
D. BERSEDIA DITEMPATKAN DI PARE, KEDIRI
E. UMUR MAX 28 TAHUN
F.SIM C dan SIM A

5. IT
SYARAT :
1. PRIA
2. S1 INFORMATIKA, MENGUASAI PEMROGRAMAN
3. BERSEDIA DITEMPATKAN DI KEDIRI
4. UMUR MAX. 30 TAHUN

KELENGKAPAN LAMARAN :
1. FOTO BERWARNA 4X6 SEBANYAK 2 LEMBAR
2. FOTOCOPY KTP
3. FOTOCOPY IJASAH DAN TRANSKRIP
4. LAMARAN & CURICULUM VITAE
PT. AGRI MAKMUR PERTIWI
Jl. Pare-Kediri Km. 6,3 Desa Sambirejo Kec. Pare Kab. Kediri Jawa Timur
PO BOX 207 PARE KEDIRI

Senin, 30 Agustus 2010

Kisah menyambut mahasiswa baru

Berjalan memasuki gerbang kampus dipagi hari ini. Gak pagi-pagi amat sih sudah masa-masanya dhuha nih. Udara terik pun telah memenuhi langit kota ku ini. Kota ku yang tercinta kujaga dan kubela, ALLAHU AKBAR. Terhampar sebuah pemandangan yang sedikit berbeda dari hari-hari biasanya. Apa sebab??? Yupz, ternyata hari ini pendaftaran bagi mahasiswa baru yang berhasil menjebloskan diri ke perguruan tinggi ternama di bumi minangkabau ini. Dan lebihnya lagi kampus yang dulu agak sedikit dipandang sebelah mata oleh banyak orang, termasuk umat di ranah bundo ini sendiri. Ada pameo yang beredar dulu kalo ada yang bertanya “ dima kuliah diak?” jika dijawab dengan jawaban seperti ini “ di unand buk.” Maka akan disusul dengan pernyataan “ wah hebat tu!” atau seperti ini “ santiang tu yeh!”, sembari mata berbinar dan berdecak kagum.
Lain halnya jika pertanyaan yang sama dijawab dengan jawaban sebagai berikut, “ awak kuliah di unp nyeh pak.” Maka akan disusul dengan pertanyaan berikut ini..”oo…, dima kampuang ang yuang?”. So seolah-olah yang kuliah di UNP itu cuma orang kampong doing. Eitss tapi jangan salah cuy. Itu sih dulu. Alhamdulillah saya masuk ke unp ini saat paradigma masyarakat sudah berubah. Saat Unp sudah jadi salah satu primadona. Mereka semakin sadar akan penting dan tak kalah hebatnya unp ini. Apalagi sejak ada program sertifikasi guru yang membuat gaji guru meningkat, serta guru-guru zaman sekarang dituntut untuk lebih bersih, peduli dan profesional gituh. Dan orang pun berbondong-bondong ingin jadi guru, tak pelak ini menjadi berkah bagi perguruan yang mengadakan program studi keguruan. Dan unp emang ahlinya untuk hal-hal yang beginian. UNP Termasuk universitas sepuh dan berpengalaman serta teruji dalam mencetak para pendidik generasi bangsa (selain itu juga ada program non keguruan di unp lho).
Rating unp secara nasional pun meningkat dari waktu-ke waktu. Untuk tahun ini saja, berdasar informasi dari dekan kampus biru bahwa untuk penerimaan MIPA terbaik kedua diraih oleh unp (UI nomor 1) dan untuk program studi Pendidikan Matematika tetap jadi favorit utama, secara... terakreditasi A gitu loh. Hmm... narsis mode on.
Oke. Hal yang mau saya ceritakan kali ini adalah laporan pandangan mata yang terekam jelas di memori ini. Karena hal yang terlihat ini sudah lebih kurang 4 kali saya alami. Pengalaman pertama menjadi objek dari kegiatan ini. Dan untuk yang berikutnya yakni sebai subjek atau pelaksana program yang kalangan dakwah kampus nyebutnya dengan amal pelayanan untuk mahasiswa baru. Nah... yo i bro. Ini adalah suasana saat pendaftaran ulang mahasiswa baru yang dinyatakan lulus di unp melalui jalur UMB dan SNMPTN.
Keramaian menyelimuti komplek gedung MKU-BAAK-Puskom unp. Mulai dari Bank nagari, official bank of UNP- coba klo yang jadi rekanan kerja sama unp ini bank syariah, kan lebih ok tuh. Ya kan…. Ayo usulkan ke rector, mau 3x??? Saat ini proses pendaftaran ulang memadukan system IT dan konvensional. Jadi sudah lumayan meminimalisir antrian dan repotnya. Dak seperti dulu yang pos-pos nya banyak. Mulai dari pembayaran spp, ukur jaket, sampai cetak krs. Klo sekarang sih lebih simple dan sederhana, lumayan lah.
Walaupun begitu, tetap saja bagi mahasiswa baru ini merupakan hal yang rumit, apalagi sebagian besar dari mereka berasal dari daerah dan kesini seorand diri atau dengan teman saja. Jelaslah mereka akan pusing dan mengalami kendala, atau minimal mereka perlu waktu yang lama dalam melakukan proses pendaftaran ulang. Dengan adanya kerumitan itulah maka banyak terdapat stand-stand yang dapat melayani mahasiswa baru dalam menjalani proses-proses tersebut. Ada yang bersifat komersil, seperti jasa cuci cetak foto, jasa print dan foto kopi, dll.
Selain itu juga ada nih stand-stand yang didirikan oleh sukarelawan-sukarelawan yang notabenenya adalah mahasiswa senior di kampus ini. Nah ini lah yang jadi sorotan saya kali ini. Standnya di desain sedimikian rupa, ada meja ada kursi, pake spanduk pula. Tujuannya tak lain tak bukan untuk membantu mahasiswa baru secara tulus dan ikhlas. Dan ciri khas khusus bagi sebagian besar stand itu adalah keramahan, senyuman, dan unlimited servis. Para volunteer itu mau menemani langsung sang adik untuk mengurusi tahapan-tahapan pendaftaran. Tak segan-segan terjun langsung kesana-kemari bersama sang adik. Bahkan mencarikan tempat tinggal yang murah dan islami serta kondusif bagi yang belum mendapatkan tempat tinggal di kota ini. Bahkan kabarnya ada nih yang sampe ntraktir minuman segar segala. Okeh ndak tuh.
Spanduk-spanduk yang mereka pasang menunjukkan sambutan kehangatan bagi anggota baru keluarga besar UNP. Seolah ini memupus stigma negative dan paradigma horror terhadap senior. Karena biasanya yang terbayang bagi mahasiswa baru biasanya adalah senior yang galak, judes suka menghardik, sok tegas dan berkuasa, maklum suasana ospek. Apalagi di berbagai kampus pernah diberitakan kekerasan senior terhadap mahasiswa baru. Bahkan ada yang sampai co id cuy….
Demikianlah sebuah potret cinta senior pada juniornya. Berawal dari tidak kenal sama sekali, entah berasal darimana, entah anak siapa, tapi dilandasi dengan keikhlasan dan cita-cita besar untuk menjadikan mereka sebagai simpatisan dakwah dan bahkan kader dakwah itu sendiri,maka kerja ini terus dilanjutkan dari generasi ke generasi. Kami ingin tunjukkan kepada adik2 kami, bahwa di kampus ini kalian punya kakak dan keluarga tempat berbagi suka dan duka, dan semua itu guna meraih keridhoaan Sang Maha Pemilik Kasih Sayang. Wallahu’alam

Minggu, 29 Agustus 2010

Ayahku Petani Sejati

RIWAYAT NYATA... MENJADI SEORANG  PETANI..
 BACA DAN HAYATI..

Ayahku Petani Sejati



 
Aku tidak merasa bahwa ayahku mempunyai sawah yang luas layaknya juragan H. Patuh. Tapi tetap saja ayah memanen, dan tak jarang menjemur hamparan padi di pelataran rumahku. Kata Ibu, ayah cuma bekerja sebagai buruh tani, dan beras yang menghiasi pelataran rumah, pada setiap masa panen itu, berasnya juragan H. Patuh. Ayahku akan mendapat seperempat dari keseluruhan padi hasil panennya.

Di Perkampungan ini rata-rata warganya berpenghasilan dari sawah dan kebun. Mereka yang mempunyai banyak kebun, dan berhektar sawah bisa menanaminya dengan berbagai tanaman, seperti padi, tembakau, lombok, pohon pisang, sayur-sayuran, sengon, mahoni, dan yang masih banyak bertengger di kebun-kebun pohon sawo kecik dan pohon So, kalau orang sini mengatakannya dengan pohon melinjo. Warga yang tidak mempunyai tanah, akan menjadi buruh tani. Kalau menjadi buruh tani juga tidak bisa mencukupi, maka kebanyakan warga, khususnya anak-anak muda sudah mulai merantau untuk cari maisyah.
Perkampungan yang asri, anganku selalu mengatakan demikian. Iya…aku yakin seyakin-yakinnya, hanya di kampung ini kesejatian keasrian bersemayam. Anda tidak akan menemukan wajah muram saat anda bertemu dengan warga kampong desa ini. Wajah warga selalu dihiasi senyum, walau hati kadang saling mengingkari, dan saling menyuburkan penyakit hati.
Aku terus saja berkeliweran di antara padi yang dihamparkan di halaman rumahku. Seperti biasanya, Pohon sawo besar yang berada tepat di depan rumahku, setiap musim panen dijadikan markas burung emprit, dan sebangsanya. Mereka mengintai kuningnya padi yang cocok buat menyambung hidup anak cucu mereka. Saat matahari mulai menampakkan panasnya, Bapak segera memberi komando kepadaku untuk menjemur dan menjaga padi-padi itu supaya selamat dari sentuhan burung-burung pencari rizqi.
Ibuku tidak setuju dengan prinsip ayahku, agar aku selalu menjaga padi-padi itu. Ibu selalu membisikiku,
“jangan mau, toh burung-burung itu minta jatah padi hanya seberapa biji tiap hari, burung tidak punya kulkas, apalagi almari untuk menyimpan makanan, layaknya manusia. Dia makan hanya untuk hari ini. Entah esok, entah lusa, tak pernah ia hiraukan.” Dengan suara lembut dan agak ditahan agar tidak kelepasan. Agaknya ibu takut suaranya di dengar ayah di ruang depan.
Seringkali Ibu tidak setuju dengan keputusan-keputusan ayahku. Biasanya kalau tidak setuju, perlahan dia membisikiku, dan tak terasa mendadak Ibu curhat tentang berbagai hal. Tentang pembagian hasil beras yang tidak adil, tentang beberapa petani yang bekerja bersama ayah. Membicarkan tentang nasib mereka yang selalu pas-pasan.
“Sekarang jelang ujian dan tahun ajaran baru, pasti mereka membutuhkan banyak uang untuk keperluan pendidikan anak-anak mereka,” desah Ibu dengan nafas panjang, seakan dia menanggung dan ikut merasakan apa yang dialami para petani. Bagi ibu, petani-petani yang sejati itu petani yang bekerja untuk beribadah kepada Allah. Mereka yang senyatanya ikut membantu kaya para juragan, tetapi ketika masa-masa sekarang ini jarang kebutuhan-kebutuhan mereka ditulungi juragan.
“biarlah itu burung-burung memakan padinya H. Patuh, biar nanti ketika penimbangan amal kelak di akherat, beban amal sholihnya Haji Patuh tambah,” demikian suara ibu selalu mengulang-ulang kalimat itu. Entah kenapa Ibu selalu gregetan dengan Haji Patuh. Menurut Ibu, walaupun Haji Patuh orang terkaya di desa ini tapi dia pelitnya masya Allah gak ketulungan. Pernah ada petani yang ingin minta upahnya dulu sebelum mereka mengerjakan sawah Juragan, karena kebutuhan pembiayaan anaknya yang sakit, “coba bayangkan….dia tidak dikasih…” kata Ibu lagi. Melihat nasib teman ayahnya seperti itu, Ibu bermaksud menolong dia dengan meminjamkan beberapa uang simpanannya tetapi Bapakku memarahi tanpa alasan. “agaknya ayahmu cemburu…” cerita Ibu menutup perbicangan kita di dapur. Suara dehem ayah membuat Ibu tidak melanjutkan suara hatinya yang masih banyak belum diungkapkan kepadaku.
Aku sekarang mulai berfikir, kenapa ya seringkali ibu takut kepada Ayah dalam hal-hal tertentu. Padahal kalau saya pikir Ibu adalah istri ayah, dan ayah suami Ibu, kenapa Ibu selalu takut mengatakan bahasa hatinya tentang berbagai hal. Untuk apa sebenarnya mereka dulu bertunangan dan menikah, kalau bukan untuk saling percaya, melindungi dan menyayangi, tetapi nyatanya setelah mereka bersatu justru Ibu selalu takut sama ayah. Ayah kadang marah-marah sama ibu dan anak-anaknya. Apakah ini yang berarti keluarga yang tidak sakinah, mawadah, warahmah, seperti dikatakan Pak Kiai itu. Atau sudah sewajarnya manusia berhak memarahi dan marah, sebagai tirakat untuk hidup lebih hidup. Begitulah yang mulai saya pikirkan, saat ibu mengakhiri ungkapan hatinya. Aku terus berfikir tentang arti berkeluarga.
“Sesunggunya apa yang dituju setiap orang yang berkeluarga,” tanyaku pada diri sendiri berulang-ulang dalam hati. Bagaimanapun aku sudah mulai baligh. Usiaku sekarang sudah menginjak lima belasan tahun. Aku mulai berfikir tentang urusan-urusan orang dewasa. Tentang keluarga, tentang hubungan antar tetangga, tentang hubungan antar manusia.
“Disuruh jaga padi, kok malah ngalamun…” tiba-tiba sapaan ayah membuyarkan lamunanku. “itu….burungnya pada jarah padi, zzzzuuuuuh,” sambil melempar segenggam padi untuk membuyarkan burung-burung emprit.
Aku bangga punya Ayah petani. Wajahnya tirus, matanya cekung, tanda dia suka rialat, kulitnya hitam legam bekas dibakar matahari. Urat-urat mengelilingi sekitar tubuhnya, terutama yang kelihatan menojol pada bagian-bagian lengan dan kaki. Sehari-hari ia tak beralas kaki, pun walau sekedar sandal jepit. Sesekali aku tanya perihal itu, dia selalu jawab: biar kita menyatu dengan tanah, karena kita berasal dari tanah, akan dikembalikan ke tanah, maka harus selalu menyatu dengan tanah.
Khas layaknya petani tulen, selalu terselip sabit di samping celananya, caping meneduhinya dari terpaan panasnya mentari. Sungguh manusia sejati, yang rela membakarkan tubuhnya untuk sesuap nasi, dan mengabdikan diri pada Ilahi. Segenap raga bergelut dengan Lumpur, sampai hujan mengguyur, Ayah tetap memaknainya dengan rasa syukur, bahwa hujan selalu membawa berkah yang akan menghidupkan tanah, sehingga berkecambah tumbuhan-tumbuhan yang siap menjadi rahmat bagi manusia sejagat.
“Bapak pergi ke sawah dulu ya Ji….”
“Iya….iya pak hati-hati….”
“jangan lupa, habis jaga padi, kolah diisi.”
Bergegas ayah berjalan enteng menuju persawahan. Hari-harinya dihabiskan untuk mengurus sawah, apalagi pada masa panen seperti sekarang ini. Bisa sampai larut sore Bapak di sawah. Biasanya barisan orang-orang dari dataran tinggi turun untuk ikut membantu memanen padi-padi yang sudah menguning.
Tapi mendadak aku jadi kepikiran kalau terus dipanggil Ji, oleh ayah. Hanya ayah yang memanggilku Ji, ibu memanggilku tole, tapi biasanya hanya dua huruf belakang yang disebut waktu memanggilku, “Leeeeee”. Aku akan menyahutinya dengan suara kencang juga, “dalem Maaaaak,.”
Beda lagi dengan teman-temanku yang memanggilku dengan panggilan Joyo. Maksudnya bukan laksana panggilannya mahapatih, seperti Joyoboyo. Tetapi panggilan itu mulai aku sandang, saat saya dan teman-teman jalan-jalan ke jalan besar di ujung utara kecamatan ini untuk sekedar menghitung dan menyaksikan bis-bis yang berseliweran. Aku selalu mengandalkan bis yang bernama Sinarjaya. Karena bis itu yang sering diceritakan Pak Lekku. Maklum dia orang perantau yang sering naik bis. Teman-teman jadi suka meledek, “mentang-mentang namanya ada Yo nya, terus bis andalannya Sinar Joyo….” Ledek teman-temanku. Aku hanya tersenyum dan balas meledek.
Mulai hari ini aku jadi tidak nyaman, saat tadi ayahku memanggilku dengan julukan Ji. Nama ini lumayan prestise di kampong halaman ku. Karena yang dipanggil Ji biasanya mereka yang sering pakai ketu kaji. Dia sudah pernah menginjakkan kaki di tanah Makkah. Berziarah dan menjalankan perintah agama yang merupakan bagian rukun Islam yang kelima. Padahal Ji untuk namaku adalah petikan dua huruf dari nama lengkapku Ngajiyo: yang berarti belajarlah. Dan terus belajar sampai mati. Jadilah murid terus-menerus, toh walau engkau oleh masyarakat dianggap guru. Karena murid berarti orang yang menghendaki ilmu.
“Kalau engkau menganggap dirimu selalu sebagai murid, maka diamanapun tempat, kepada siapapun engkau tak akan malu untuk bertanya. Toh dihadapan muridmupun, kamu tidak akan segan untuk bertanya, ojo isin sabab tekaburan.” Itulah ungkapan guruku, waktu pengajian di masjid pada pagi hari.
Ayah-Ibuku menamaiku dengan nama yang njawani Ngajiyo, dengan harapan aku supaya selalu belajar dari buaian sampai ke liang lahat. Maka tak heran saat aku menginjak usia yang ke 15 ini, selepas aku menyelesaikan SMP nanti, rencana aku akan di godok di kawah condrodimuko pondok pesantren di salah satu kota petani juga, kalau tak salah di Kabupaten Pati.
Bapak, Ibuku menghendaki aku mondok, daripada sekolah, karena sudah menjadi kacamata berfikir orang-orang di kampungku bahwa yang harus diutamakan dalam hidup itu adalah agama, karena pengetahuan agama yang akan menemani, dan nguyahi kita dalam menjalani hidup yang sebentar ini. Seperti ungkapan orang-orang yang maklum dalam pendengaran kita: “ilmu-ilmu umum tidak akan ditanyakan oleh malaikat munkar dan nangkir di kubur,”

Aku tergolong sebagai anak penurut, dengan keinginan-keinginan orang tua. toh walaupun jiwaku selalu membrontak dengan keinginan-keinginannya. Sebenarnya aku lebih minat untuk menekuni dunia elektronik, karena semenjak SD kelas enam, aku suka mengotak-atik barang elektronik, ketimbang menjelehkan mata di depan buku-buku agama. Aku juga senang menggambar apa saja yang berada di depan mataku. Agama bagiku sudah cukup saya pelajari di mushola-mushola yang setiap hari tak kekuarangan pengajian, dari sorogan sampai bandongan. Di kampungku sendiri juga ada Pesantren, yang pengajian-pengajiannya bisa diikuti oleh orang-orang kampung.
Tapi tetap saja ayah menghendaki aku mondok. Dan keinginan ayah sama halnya keinginanku sendiri yang harus aku jalani. Aku terlalu sering mengutarakan keinginanku, tetapi hanya dampratan yang kudapat, “kamu pingin selamat dunia akherat tidak? Kalau ingin selamat, ikuti saja kata-kata Bapak mu.” Sepertinya Bapak tahu jalan menuju keselamatan dunia akherat. Aku hanya terdiam membisu, kalau bapak sudah mengudarakan kata-katanya. Apalagi Ibu mendukung dengan ungkapan-ungkapan yang menyentuh perasaan, “Iya nanti siapa Lee….yang bisa mendoakan Ibu, kalau Ibu sudah sumare di kubur nanti, kalau kamu gak mau mondok.” Aku tertunduk, dan semakin tertunduk, kalau ibu sudah menasehatiku. Memang keinginanku harus ku pendam, cita-citaku harus ku ingkari sementara, untuk menjalankan perintah kedua orang yang selalu ku sayangi ini.
Hari ini hari Rabu, aku mulai deg-degan. Sebentar lagi aku akan meninggalkan kampungku beberapa tahun. Waktu yang tidak lama dan tidak pendek. Kalau aku nanti di Pesantren bisa betah dan dapat menjalani aktivitas dengan keikhlasan dan kegembiraan, maka waktu beberapa tahun, laksana hanya beberapa bulan. Bisa menghabiskannya dengan tanpa beban. Tapi seandainya semua yang ada di sana bertentangan dengan hatiku. Mungkin hari-hariku di sana penuh dengan kelesuan, dan penantian yang panjang. Hari-hari yang penuh siksaan batin. “ya….udah lumrah, pertama mondok itu tidak langsung kerasan. Perlu berkenalan dan penyesuaian dengan lingkungan sekitar.” Nasehat Pak De Jirin kepadaku. Tak lupa aku minta doanya, dan minta selalu didoakan agar bisa memperoleh ilmu yang bermanfaat dunia akherat. Sebelum aku berpamitan ia tiba-tiba saja merogoh sak jasnya yang kelihatan lusuh. Beliau mengeluarkan beberapa lembaran uang, “ini untuk beli permen,” katanya kepadaku. Aku hanya tersipu…dan aku bilang, “matur nuwun Pak De,”
Dilman sudah menunggu di depan rumah, agaknya sudah disewa Bapak untuk mengantarkan aku ke jalan gede. Tas kopor Bapak satu-satunya kulihat terselip diantara jok dilman. Bapak tidak seperti biasanya memegang sabit dan berselandok sarung, sekarang sudah necis, celana pantaloon membungkus kakinya yang biasanya telanjang. Ayah sekarang memakai alas kaki, seumur-umur aku baru menyaksikan Bapak berbeda sama sekali dengan hari-hari biasanya. Ibu hanya tersenyum-senyum melihat ayat terlihat rapih. Bajunya kelihatan pinggirannya lancip, tanda baju itu telah disetrika walau pecinya tampak menguning layaknya padi-padi yang biasa ia panen. Terpaan sinar matahari memperjelas warna tembaga peci yang tadinya hitam. Entah sudah berapa tahun peci itu tidak diganti

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More