SUARA ANAK PERTANIAN


ShoutMix chat widget

Minggu, 29 Agustus 2010

PENTINGNYA "OSPEK" BAGI PERGURUAN TINGGI

Ada yang menarik ketika awal bulan September tiba setiap tahunnya di Indonesia, khususnya bagi insan perguruan tinggi. Di awal September, hampir semua PT secara serentak melakukan Orientasi Mahasiswa Baru atau yang umum disebut dengan “ospek”. Ada yang mengatakan bahwa acara ini adalah sebuah ritual tahunan (Tatik Suryani, Jawa Pos, 02 September 2006) dan selalu membuat was-was banyak pihak mulai dari orang tua, para birokrat kampus, sampai para mahasiswa baru (Maba). Acara Ospek itu sendiri merupakan merupakan ajang percepatan adaptasi dan pengenalan Maba terhadap dunia PT yang akan dihadapinya, yang tentunya sangat jauh dari kehidupan mereka sebelumnya di masa SMA.
Sebenarnya banyak hal positif yang bisa didapatkan oleh Maba melalui Ospek, namun nilai-nilai positif tersebut seakan tertutup oleh image buruk yang berkembang di masyarakat bahwa ospek tersebut penuh dengan hal-hal buruk seperti umpatan, cacian, ploncoan, dsb. Ini mungkin akibat dari apa yang ditunjukkan oleh para senior yang sering melakukan over acting di depan Mabanya yang sebenarnya tidak perlu untuk dilakukan.
  Ospek yang memakai metode under pressure dengan menggunakan kata-kata kotor, over acting, dsb. seyogyanya sudah harus ditinggalkan, dan dapat diganti dengan menggunakan metode baru yang lebih baik. Ini mengingat tujuan dari Ospek itu sendiri sangatlah mulia. Untuk mencapai tujuan yang mulia tersebut seyogyanya juga menggunakan jalan yang mulia, bukan dengan menggunakan umpatan dan kata-kata kotor. Metode under pressure tersebut sebenarnya merupakan peninggalan dari rezim Orde Baru yang selalu memberikan tekanan kepada masyarakat agar mereka selalu merasa takut untuk melawan pemerintah. Namun, saat ini kita telah menjalani orde reformasi, dan seharusnya mahasiswa dapat menemukan metode baru yang lebih baik dari sebelumnya tanpa meninggalkan nilai-nilai positif yang diusung oleh mahasiswa terdahulu.
 Pada umumnya, setiap PT selalu menginginkan kader dari mahasiswanya yang berkualitas yang nantinya dapat berprestasi dan mengangkat nama baik almamaternya. Momen masa orientasi mahasiswa baru atau Ospek seharusnya tidak hanya menjadi ajang percepatan adaptasi bagi Maba kepada lingkungan kampus baru mereka. Namun lebih dari itu Ospek dapat dijadikan sebagai gerbang awal kaderisasi mahasiswa baru bagi PT agar nantinya dapat diperoleh Maba yang tangguh, jujur, bertanggung jawab dan dapat diandalkan baik dari segi akademik, soft skill, organization skill dll.
 Untuk melewati Ospek sebagai gerbang awal kaderisasi, tidak cukup hanya dilakukan dalam waktu empat hari, apalagi untuk sebuah kaderisasi itu sendii. Oleh karena itu, sebuah kaderisasi tak cukup dengan hanya menyelesaikan sebuah ritual tahunan Ospek, melainkan dengan sebuah masa kaderisasi yang berjenjang dan dengan materi yang semakin bertambah kualitas dan tingkat kesulitannya.
 Di sebuah PT terkemuka di Yogyakarta, sebenarnya telah memiliki konsep kaderisasi yang cukup baik. Yakni dimulai dari Orientasi Mahasiswa Baru, kemudian dilanjutkan dengan pelatihan-pelatihan mulai dari tingkat jurusan sampai tingkat institut yang lebih dikenal dengan Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa (LKMM) mulai dari tingkat pra-dasar (LKMM Pra TD), tingkat dasar (LKMM TD), tingkat menengah (LKMM TM) dan tingkat lanjut (LKMM TL). Tidak hanya itu, mahasiswa baru juga sudah sejak awal ditambah pengetahuannya tentang karya tulis dengan adanya pelatihan karya tulis ilmiah mahasiswa baru (PKTI MABA). Hal ini dimaksudkan agar pihak PT dapat memiliki mahasiswa yang bekualitas, tidak hanya dalam IQ atau akademiknya tapi juga Emotional Quotient (EQ)-nya. PTN ini juga membuat terobosan dengan memberikan training ESQ bagi mahasiswa barunya, agar Maba dapat mengerti bahwa nantinya dalam dunia mahasiswa dan terlebih di dunia kerja tidak hanya kualitas IQ saja yang dibutuhkan, tapi juga kualitas EQ dan SQ. Ini seyogyanya dapat menjadi contoh bagi PT lainnya. Dalam ESQ itu sendiri ditanamkan tentang kasih sayang sesama manusia, selalu percaya dan melakukan sesuatu sesuai dengan kata hati, ajaran-ajaran tentang ketuhanan. Sehingga nantinya didapatkan seorang insan paripurna demi mencapai indonesia emas. Sebuah penelitian di Amerika menyebutkan bahwa IQ hanya memiliki andil 20% bagi kesuksesan seseorang. Sisanya, 80% tergantung pada kualitas EQ dan SQ yang dimiliki. Hasil dari kaderisasi itu sendiri tidak hanya dirasakan dan dimilki oleh mahasiswa yang mengikutinya, tapi juga dirasakan oleh PT tempat dia belajar, orang tua, keluarga, sahabat dan orang-orang yang ada di dekatnya.
 Untuk melaksanakan proses kaderisasi, tidak hanya dibutuhkan SDM dari para mahasiswa yang lebih senior saja, tapi juga diperlukan partisipasi dari para dosen atau juga para birokrat kampus. Apabila dirasa perlu, dapat juga mendatangkan pembicara-pembicara dari luar PT tersebut, seperti mendatangkan para pakar yang ahli di bidangnya, para pejabat setempat, para praktisi profesi dan sebagainya. Untuk lebih variatif, kaderisasi tidak harus dilakukan indoor, tapi juga dapat dilaksanakan outdoor. Suasananya pun dapat dibuat bervariasi, mulai dari serius, santai, gembira, sampai dengan menggunakan metode under pressure. Semua tergantung pada tuntutan materi dan keadaan yang ada.
 Sebelum kaderisasi tersebut dilaksanakan harus dibuat sebuah kontrak belajar atau kontrak kerja antara peserta, panitia, dan pemateri agar apabila di kemudian hari terjadi permasalahan diantara elemen-elemen tersebut dapat diselesaikan dengan cara yang bijak. Ditambah lagi, semua hal yang telah dipersiapkan untuk proses kaderisasi tersebut harus dilakukan tanpa melanggar aturan-aturan yang telah disepakati dan tanpa menyalahi apa kata hati nurani.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More